Saturday, December 02, 2006

Mati Konyol

"Setiap yang hidup pasti mati bedanya cara dan waktunya". Waktu kita mati hanya Tuhan yang tau, sedangkan cara-cara yang konyol adalah sebagai berikut:
  1. Mati lagi nyantol listrik.
  2. Mati jatuh dari metro mini waktu naik bus entah untuk demo atau untuk supporter bola.
  3. Mati jatuh dari KRL.
  4. Mati ketabrak kereta karena ngelanggar palang pintu kereta.
  5. Mati jatuh dari tower gara-gara nggak pakai tali pengaman.

Saturday, July 01, 2006

Tuhan Sembilan Senti

Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok.

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil e’-ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Thursday, February 02, 2006

"Memoirs of a Geisha" oleh Arthur Golden

Novel "Memoirs of a Geisha" karya Arthur Golden adalah sebuah karya fiksi sejarah yang memukau, membawa pembaca ke dalam dunia geisha yang misterius dan kompleks di Jepang pada awal abad ke-20. Novel ini diceritakan dari sudut pandang Sayuri Nitta, seorang geisha legendaris, yang merefleksikan kehidupannya yang penuh perjuangan dan pencapaian.

Awal Kehidupan di Desa dan Pindah ke Gion

Kisah dimulai di sebuah desa nelayan miskin bernama Yoroido pada tahun 1929, di mana seorang gadis bernama Chiyo Sakamoto tinggal bersama kakak perempuannya, Satsu, dan orang tuanya. Kehidupan mereka yang sederhana berubah drastis ketika ibu mereka sakit parah. Chiyo dan Satsu dijual oleh ayah mereka yang putus asa. Satsu dikirim ke distrik hiburan di utara Jepang, sementara Chiyo, yang memiliki mata abu-abu yang tidak biasa, dibawa ke distrik geisha terkenal di Kyoto, Gion.

Chiyo ditempatkan di sebuah okiya, atau rumah geisha, yang dijalankan oleh seorang wanita licik dan kejam yang dikenal sebagai "Ibu". Di sana, ia bertemu dengan beberapa karakter kunci: Bibi, seorang geisha yang lebih tua yang lembut; Pumpkin, seorang gadis seusianya yang juga dijual ke sana; dan yang paling menakutkan, Hatsumomo, geisha utama dan paling populer di okiya itu. Hatsumomo adalah sosok yang sangat cantik namun kejam, cemburu, dan manipulatif. Ia melihat Chiyo sebagai ancaman dan sering kali memperlakukannya dengan sangat buruk.

Awalnya, Chiyo ditakdirkan untuk menjadi seorang pelayan. Setelah beberapa kali ia berusaha melarikan diri untuk mencari Satsu namun gagal dan malah menimbulkan hutang besar, Ibu memutuskan untuk tidak lagi mendidik Chiyo sebagai geisha. Harapan Chiyo tampak pupus.

Pertemuan dengan Tuan Chairman dan Awal Mula Geisha

Ketika sedang putus asa dan menangis di jembatan, Chiyo bertemu dengan seorang pria yang sangat baik hati, Tuan Chairman, yang memberinya sapu tangan dan uang untuk membeli es serut. Kebaikan kecil ini meninggalkan kesan yang mendalam pada Chiyo dan memberinya inspirasi baru. Ia bertekad untuk menjadi geisha demi bisa bertemu kembali dengan Tuan Chairman suatu hari nanti.

Keberuntungan Chiyo berubah ketika ia menarik perhatian Mameha, seorang geisha terkemuka dan pesaing utama Hatsumomo. Mameha mengajukan sebuah taruhan kepada Ibu: ia akan mengambil Chiyo sebagai adik angkatnya dan melatihnya untuk menjadi geisha. Jika Chiyo berhasil membayar semua hutangnya, Mameha tidak akan mendapat bayaran. Namun, jika Chiyo gagal, Mameha yang akan menanggung semua hutangnya. Ibu setuju, dan di sinilah perjalanan Chiyo sebagai geisha dimulai.

Chiyo pun diberi nama geisha Sayuri Nitta. Di bawah bimbingan Mameha, ia mempelajari berbagai keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh seorang geisha: menari, bernyanyi, bermain shamisen (alat musik bersenar), dan yang paling penting, seni percakapan yang cerdas dan menawan. Ia juga belajar etika dan kode etik yang rumit di distrik Gion.

Persaingan Sengit dan Perang

Tantangan terbesar Sayuri datang dari Hatsumomo. Hatsumomo tidak berhenti berusaha merusak reputasi dan karier Sayuri. Ia mencoba menjebak Sayuri, menyebarkan desas-desus jahat, dan bahkan secara fisik menyerangnya. Rivalitas mereka menjadi salah satu elemen sentral dalam novel ini. Sayuri juga bertemu dengan geisha lain, seperti Nobu, seorang pengusaha yang setia namun memiliki wajah yang terluka akibat perang, dan Dokter Crabs, seorang dokter gigi tua yang menjadi salah satu pelanggan tetapnya.

Puncak karier Sayuri adalah ketika ia berhasil menjual mizuage-nya (keperawanannya) dengan harga tertinggi dalam sejarah Gion. Hal ini semakin memperkuat posisinya sebagai geisha teratas. Namun, di balik semua kesuksesannya, hati Sayuri tetap merindukan Tuan Chairman. Ia terus mencari kesempatan untuk bertemu dengannya, meskipun ia sadar bahwa cinta dalam dunia geisha adalah sesuatu yang mewah dan hampir mustahil.

Namun, semua kemewahan dan tradisi di Gion terhenti mendadak ketika Perang Dunia II meletus. Distrik geisha ditutup, dan Sayuri harus meninggalkan Gion untuk bekerja di pabrik pedesaan, menjalani kehidupan yang keras dan penuh kekurangan.

Kehidupan Setelah Perang dan Akhir Kisah

Setelah perang berakhir, Sayuri dibantu oleh Nobu untuk kembali ke Gion dan memulai kembali kariernya sebagai geisha. Namun, Gion sudah banyak berubah. Banyak geisha meninggal, dan tradisi mulai luntur. Meskipun demikian, Sayuri berhasil membangun kembali reputasinya.

Di penghujung cerita, Sayuri menyadari bahwa Tuan Chairman adalah pelanggan yang selama ini ia harapkan. Ia juga mengetahui bahwa Mameha telah membantunya selama ini atas permintaan Tuan Chairman, yang telah diam-diam mengawasinya sejak pertemuan pertama mereka. Sayuri akhirnya menemukan kebahagiaan dan cinta yang ia dambakan.

"Memoirs of a Geisha" adalah sebuah novel yang tidak hanya menceritakan kisah cinta, tetapi juga memberikan gambaran mendalam tentang perjuangan seorang wanita yang mencari jati diri di tengah tradisi yang ketat, persaingan yang kejam, dan perubahan besar yang melanda negerinya.


Saturday, January 28, 2006

QOD 2006-01-28

"Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun ia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan segelintir orang yang tamak" Mahatma Gandhi

Friday, January 27, 2006

QOD 2006-01-27

Ilmu yang kamu miliki tidaklah cukup, kamu harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, kamu harus melaksanakannya.

Friday, January 20, 2006

Bujang

Waktu bujang, gwa kurus banget yak... Photo ini ditemukan dari rongsokan dan tumpukan dokumen-dokumen yang akan dijual ke tukang loak.

Posted by Picasa

Tahun 2002

Terkenang tahun 2002 di Jogjakarta di rumah Bokap 'n Nyokap waktu nikahan Rahma Wijayanti (adikku) dan Yusron Rizky Purwanto

 Posted by Picasa

Thursday, January 19, 2006

Kenaikan TDL Bisnis Bisa 100%

Subsidi Ditanggung Masyarakat

JAKARTA, KOMPAS - Tarif dasar listrik per golongan konsumen yang sedang disimulasikan pemerintah ternyata sangat tinggi. Dalam simulasi itu kenaikan tarif untuk kelompok rumah tangga bisa mencapai 83 persen hingga 90 persen, sedangkan untuk beberapa jenis industri kenaikannya bisa lebih dari 100 persen.

Kompas, Kamis, 19 Januari 2006

Ini mah namanya buka kenaikan, tapi ganti harga